Senin, 12 Desember 2011

MINE

“MINE”
BY
MOE DHYVHA

“Ah aku laper banget, Riko, pesenin makanan dong.” April meminta dengan muka dibuat se-imut mungkin.
“Kenapa selalu aku sih yang pesen.” Gerutu Riko.
“Karena kamu cowok.” Seru April dan Antik bersamaan.
“Khah, ya, aku memang selalu kalah, mau pesen apa?” Tanya Riko pasrah.
April dan Antik saling tatap lalu tersenyum puas, mereka bertiga sudah berkawan sejak mereka SD. Dan dari dulu Riko selalu menjadi yang tertindas, karena dia adalah cowok satu-satunya diantara mereka bertiga.
“Oh lihat, itu kak Andrean anak kelas tiga IPA tiga.” Seru April.
“Ya, oh, begitu tampan.” Sambil terus menatap kakak kelas itu.
“He-em.” Timpal April.
“Apalagi kalau dia lagi pake seragam basketnya, he is so cool.” Antik Menatap Andrean dengan penuh perasaan.
“Antik ku yang cantik, hentikan ekspresi lebay seperti itu. Jangan sampai kak Pratiwi tau.”
“Don’t care.” Sanggah Antik.
“Antik cepat hadap ke sini, kak Pratiwi datang tuh.”
April terpaksa harus memaksa Antik untuk menghentikan gaya yang lebay itu demi keamanan bersama. Untung Riko segera datang, jika tidak, Antik akan melakukan hal yang lebih parah lagi.

Sh@

Antik dan April sudah belajar selama dua jam lebih di rumah Antik, tapi Antik tak bisa lepas dari bayang-bayang Andrean, dia benar-benar tergila-gila hingga gila.
“Prastika Yuni Antika, kita sedang belajar sekarang.” April geram juga akhirnya.
“What, oh sorry Pril, I just can’t remove that guy from my mind.”
“Sikapmu itu berlebihan, mending aku pulang dan belajar di rumah.” April beranjak.
“Tunggu Pril, maaf, aku akan berusaha untuk serius sekarang.” Sambil mengerjapkan matanya.
Kali ini Antik bisa berkonsentrasi belajar, ia nggak mau April marah lagi.
Saat April dan Antik sedang berbincang sambil beberes, Ms. Kurniawan masuk dengan membawa beberapa camilan.
Ibu Antik dulunya adalah warga negara Amerika, ia cantik, mata birunya benar-benar menawan dan ia begitu ramah sehingga membuat Mr. Kurniawan yang saat itu sedang kuliah di Amrik pun jatuh cinta, dan akhirnya mereka menikah dan menetap di Indonesia.
Antik memiliki rambut pirang dan mata biru yang indah dari ibunya, serta tubuh yang tinggi seperti ayahnya.
Ms. Kurniawan selalu memakai bahasa Inggris di rumah, mungkin Ms. Kurniawan ingin Antik terbiasa dengan bahasa ibu, meski ia sudah menjadi orang Indonesia dan mahir berbahasa Indonesia.
April sudah terbiasa dengan itu semua dari sejak ia SD, dan karena kebiasaan itu nilai bahasa Inggris di sekolahnya selalu tinggi, sangat menguntungkan.
“You really crush on him, right?” Tanya April.
“Yah, sudah dari dua bulan lalu, aku tau, ia sudah punya pacar.”
“Anak pintar.” Puji April sambil tersenyum lebar. Berharap perasaan itu benar-benar menghilang.
“Kisah ku ini seperti lagunya Taylor Swift, you belong with me.”
“Oh again, kupikir kau akan mundur dan hidup normal kembali.”
“Nggak semudah itu, Antik selalu berusaha untuk mendapat apa yang ia mau, dan nggak gampang menyerah.”
Sh@
Minggu yang cerah, seperti biasanya Antik bangun pagi untuk jogging keliling komplek. Saat ia sampai di depan rumah, ia terheran-heran melihat ada beberapa mobil box yang mengangkut barang-barang, terlihat seperti orang sedang pindahan, tetangga baru, batinnya. Ia melihat momy nya sedang bercakap dengan tentangga baru itu, ia cuek saja dan melenggang masuk, belum sempat ia membuka pintu pagar besi, terdengar suara sang momy memanggil namanya.
“Antik, darling.” Panggil Ms. Kurniawan lembut.
“Ya, mom.”
“Come here for a sec dear.”
Antik mengurungkan niatnya untuk membuka pintu pagar dan menghampiri momy nya.
“Mom mau kenalin kamu ke tetangga baru kita.” Kata Ms. Kurniawan.
“Ini putri anda, wah cantik seperti ibunya.” Seru bu Pranoto.
“Terima kasih lho jeng.” Ms. Kurniawan tersenyum bangga.
“Saya juga mau kenalin anak saya ke jeng.”
“Oh ya, dari tadi saya belum lihat anak jeng.” Seru Ms. Kurniawan.
“Andrean sayang, sini sebentar nak.” Panggil bu Pranoto.
“Ya ma, sebentar.” Jawab sang anak.
Antik terkejut, Andrean, apa mungkin?. Antik lebih terkejut lagi ketika anak yang bernama Andrean itu muncul dari balik pagar, dia Andrean Galih Pranoto kakak kelasnya, mata Antik langsung berbinar bahagia.
“Ada apa ma?” Tanya Andrean.
“Kenalkan ini tetangga baru kita di sini.” Bu Pranoto mengenalkan.
“Andrean tante.” Andrean memperkenalkan diri.
“Handsome boy, oh ini anak tante, Antik.” Kata Ms. Kurniawan.
“Hei, kamu anak kelas dua itu kan?” Seru Andrean yang langsung mengenali Antik.
“Kalian sudah saling kenal rupanya.” Seru Ms. Kurniawan.
“Sebenarnya nggak terlalu kenal sih tante, cuma paham aja, tiap istirahat dia selalu melihat ke arah saya.” Kata Andrean datar.
“Really?” Ms. Kurniawan tertanya sendiri.
Antik cuma bisa tersenyum tipis, mukanya memerah karena merasa ketahuan.

Sh@

Antik merasa sangat beruntung dengan kepindahan Andrean, ia jadi bisa lebih dekat dengan cowok keren itu. Tiap kali momy nya menintanya untuk mengantar sesuatu ke rumah Andrean, ia akan dengan senang hati melakukannya.
“Jadi kamu sekarang udah mulai deket sama kak Andrean?” Tanya April sedikit tak percaya.
“Kami kadang ngobrol jika mom menyuruhku mengantar sesuatu, dan aku bertemu dengannya.”
“Itu kemajuan yang bagus, and what am I saying?” Seru April gembira.
“Come on April, it’s not that bad, aku nggak akan merebut kak Andrean..”
“Ya aku tau, kau selalu berpengang teguh dengan keyakinan mu itu, “He’ll be mine”.” Kata April sambil menirukan gaya Antik.
“Dan biarkan pesona Antik menginjeksi ke dalam hatinya, haha.”
“Here you go again.” Gerutu April.

Sh@

Antik sedang bersantai mendengarkan musik di kamarnya, ia tak harus belajar karena hari ini adalah akhir pekan.
“Antik, dear.” Ms. Kurniawan memanggil dari ruang tengah.
“Ya mom.” Antik langsung keluar dan turun ke ruang tengah. “What’s happen mom?” Tanya Antik.
“Help me, take this cake to Ms. Pranoto.” Pinta Ms. Kurniawan.
Antik segera mengantarkan kue ke rumah Andrean, setelah berbasa-basi dengan bu Pranoto, Antik segera berpamitan.
Saat dia berjalan menuju pintu depan ia mendengar seseorang berbicara dengan nada kesal, penasaran, iseng-iseng Antik mencari asal suara itu, ternyata dari taman di samping rumah itu.
“Udah deh, aku tuh udah capek dengan semua sikap kamu yang seperti anak kecil, egois dan over protektif.”
Ternyata Andrean, dia sedang bicara di telpon, entah dengan siapa.
“Aku bilang aku capek, dan semuanya udah selesai, aku dan kamu udah nggak ada apa-apa lagi. Kita PUTUS!!” Kata Andrean sambil menutup telponnya.
Semalaman ia tak bisa tidur, memikirkan kejadian sore tadi, apa benar yang ia dengar itu. Kak Andrean putus, dan berarti ia sekarang menjomblo.
“I know, soon or later you’ll be mine.” Antik tersenyum girang.

Sh@

Tut.....tut...tut....
Suara alarm dari jam beker digital Antik berbunyi keras, Antik segera mematikan alarm dan bangun, melirik sekilas ke arah jam, pukul 06.00.
“Command Operation, to get his heart.” Antik tersenyum lalu beranjak dari tempat tidurnya dan bersiap untuk jogging.
Antik melakukan sedikit pemanasan di depan rumah, sebenarnya untuk menunggu Andrean keluar.
“Antik, jogging juga.” Sapa Adrean.
“Iya kak.” Jawab Antik dengan penuh semangat.
“Kalo begitu jogging bareng yuk.” Ajak Andrean.
Antik sangat senang dengan tawaran itu, karena ini tujuannya.
Dari sejak Andrean putus dengan Pratiwi, Andrean jadi lebih sedikit terbuka dengan Antik, lebih mau bercanda dan ngobrol dengan Antik. Kini tiap sore mereka berlari keliling komplek bersama, saling berbagi cerita dan kekonyolan yang mereka lakukan.

Sh@

“Aku perhatiin sekarang kamu lebih sering ngelamun, ah aku tau, pasti lagi mikirin cowok sok keren itu kan?” Tanya Riko tajam.
“Apaan sih, bukan urusan kamu tau.” Antik beranjak dari kursinya dan pergi.
“Ada apa sih dengannya, sensi amat.” Gerutu Riko.
“Karena kamu bilang kak Andrean sok keren.” Timpal April.
“Iiiiuuuuuhhh, menyebalkan.” Riko menirukan gaya Antik.
Antik berjalan sambil terus menggerutu, Riko selalu saja mengganggunya, tiap ia dekat dengan seseorang pasti dia akan mati-matian mengejeknya, menyebalkan.
“Antik?”
Mendengar namanya di panggil, Antik langsung berhenti dan menoleh ke asal suara.
“Kakak?”
“Kamu sedang apa, jalan sambil ngomel-ngomel nggak jelas.” Tegur Andrean.
Antik menghampiri Andrean dan duduk di sampingnya. “Kakak ngapain di dini sendirian?”
“Adik manis, ini kelas kakak.” Andrean tersenyum bijak sambil mengelus kepala Antik.
“Hehe, iya, Antik yang kejauhan jalannya, kelas Antik udah kelewat.” Antik berkata dengan polos.
“Kamu itu lucu, itu yang membuat kakak suka sama kamu.”
Antik sedikit terkejut, suka, kak Andrean bilang dia suka.
Andrean hendak mengucapkan sesuatu ketika bel tanda masuk berbunyi.
“Aku ingin ngomong sesuatu, nanti pulang sekolah kamu tunggu kakak di lapangan basket ya.”
“Ok kak, Antik tunggu sampai kakak datang.”
Setelah bel pulang sekolah Antik buru-buru keluar kelas, ia ingin cepat-cepat bertemu dengan kak Andrean. Setelah memastikan April dan Riko pulang ia langsung ke lapangan basket, takut kalau kak Andrean menunggu terlalu lama.

Sh@

Andrean hendak ke lapangan basket ketika Lili memanggilnya dengan nada cemas.
“Pratiwi pingsan, ia perlu dibawa ke rumah sakit.”
“Tapi aku harus pergi, cari bantuan yang lain saja.” Tolak Andrean.
Tapi Lili terus memaksa Andrean untuk mengantar Tiwi, akhirnya dengan terpaksa ia mengantar Tiwi ke rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit Andrean berniat untuk kembali ke sekolah dan menemui Antik, namun Lili menahannya lagi, katanya tunggu sampai Tiwi siuman, sudah berjam-jam dan Tiwi tak siuman juga.
“Aku keluar cari makanan dulu.” Kata Andrean datar.
Setelah Andrean pergi, Lili membangunkan Tiwi yang sedari tadi berpura-pura sakit.
“Andrean mana?” tanya Tiwi.
“Lagi keluar sebentar, kau ini pintar ber-acting ya, sampai bisa menipu Andrean.” Puji Lili.
“Biar tau rasa tuh anak kelas dua, siapa suruh gangguin Andrean.”
Brak!!!! Terdengar suara pintu dibuka paksa.
“Kau.” Tanpa kata lagi Andrean langsung berlari keluar, ia harus cepat sampai ke sekolah, Pratiwi kurang ajar.

Sh@

Antik masih terus menunggu, sebenarnya ia sedikit takut, di sini begitu sepi dan dingin, tapi ia harus bertahan.
“Ayo pulang, sampai kapan mau menunggu.” Riko berkata dengan nada sinis.
“Kamu?”
“Aku nungguin kamu di sini dari tadi siang, sekarang ayo pulang.” Riko menarik paksa Antik.
“Lepasin, aku masih mau nunggu kak Andrean.”
“Cowok sok keren itu nggak bakal dateng, dia udah pulang dari tadi siang.”
“Bohong, kak Andrean pasti dateng, lepasin aku Ko, lepasin.”
Antik pingsan ketika ia berusaha berontak, dari siang dia belum makan sama sekali.
“Biar aku aja yang bawa.” Andrean yang baru datang langsung mengambil alih Antik.
“Nggak usah, biar aku saja, HERO.” Kata Riko sinis.
“Biar aku saja.” Andrean sedikit memaksa.
“Aku bilang, LEPASKAN, dan pergi jauh-jauh.” Riko langsung membopong Antik dan membawanya pulang.

Sh@

Momy Antik benar-benar terkejut melihat putri tunggalnya pulang dalam keadaan pingsan, ia sangat berterima kasih kepada Riko yang sudah mengantar Antik pulang, setelah memastikan Antik mendapat perawatan Riko pamit pulang.
Esoknya Antik tak masuk sekolah karena demam, ia harus istirahat, April segera datang setelah pulang sekolah, ia gelisah mendengar kabar Antik dari Riko.
“Antik ku sayang, kamu nggak pa-pa kan.”
“Nggak pa-pa Pril, cuma demam aja kok.”
Mereka berbincang sembari April menyuapi Antik, sedikitnya April sudah mengetahui tentang kejadian kemarin dari Riko, dan ia sedikit marah juga kepada kak Andrean.
“Sweetie, Andrean is here.” Ms. Kurniawan memberi tahu.
“Come in mom.”
“Aku keluar dulu kalau begitu.” Pamit April.
Andrean masuk dengan ragu, ia amat merasa bersalah karena kejadian kemarin ini semua gara-gara Pratiwi.
“Gimana keadaan kamu?” Tanya Andrean pelan.
“Udah baikan kak.”
“Aku minta maaf, karena aku kamu jadi seperti ini.”
“Ah nggak pa-pa kok kak, oya katanya mau ngomong sesuatu.”
“Oh, itu, ee, gimana ngomongnya ya.”
“Kakak udah balikan lagi sama kak Tiwi?”
“Nggak akan. Dari awal aku nggak suka sama dia, dari awal yang aku suka itu kamu.”
Antik sedikit terkejut, mungkin dia salah dengar ketika ia kira ia mendengar Andrean bilang suka padanya.
“Terus, kenapa kakak mau jadi pacar kak Tiwi?”
“Karena Pratiwi memaksa, aku nggak punya pilihan lain, ia selalu mengancam mau bunuh diri jika aku nggak mau.”
“Terus kenapa kakak pura-pura nggak kenal sama aku?” Antik terus bertanya, ia sedang melayang sekarang.
“Karena aku, nggak mau Pratiwi jahatin kamu.”
“Terus, kenapa...” Antik tak melanjutkan kata-katanya, Andrean memberikan kecupan ringan di keningnya, dan Antik merasa melayang.
“Terus, sekarang aku mau bilang, I love you pretty girl.”
Antik begitu bahagia, akhirnya Andrean jadi miliknya, ia merasa tersanjung ketika Andrean bilang cinta. Sekarang Antik lega, dia bisa mengatakan kepada seluruh dunia, He is mine now, just mine.
Sh@

0 komentar:

Posting Komentar

terima kasih atas saran dan kritik yang membangun...terus simak kisah seru dari dhyvha_nAiNi ya....(^0^)V

 
Copyright 2009 Welcome to Cucuran Hati. Powered by Blogger
Blogger Templates created by Deluxe Templates
Wordpress by Wpthemesfree